Tak selamanya mereka yang nakal luar biasa saat kecil akan berakhir dalam kegagalan hidup di masa depannya.
Namun justru terkadang bila datang sebuah kesempatan dan kepercayaan yang dilandasi dengan rasa sadar maka siapapun mereka dengan masa lalu kelamnya akan dapat berubah menjadi sosok yang luar biasa yang siap menyongsong kesuksesan kehidupan barunya.
Gusti Ngurah Anom, begitu nama lengkap pria asal Buleleng 5 Maret 1971 ini lahir dan dibesarkan di daerah Tangguwisia, sebuah desa kecil di kecamatan Seririt, kabupaten Buleleng , Bali. Pak Anom lahir dari rahim Made Taman dan menjadi bungsu dari 7 bersaudara yang hidup sangat dekat dengan kemiskinan dalam kebersahajaan keluarga petani.
Tidak seperti kakak – kakaknya yang lainnya, Anom semenjak kecil memang terlihat berbeda, hiperaktif, bandel, agresif, lincah dan berwatak keras, ingin agar setiap permintaanya dikabulkan. Sikap berani dan keras kepalanya semakin menonjol, bahkan pada saat bersekolah di SDN 1 Tangguwisia. Mengabaikan pelajaran sekolah, tidak pernah belajar dirumah ataupun mengerjakan PR, melawan ajaran guru dan menjadi langganan mendapat hukuman di sekolah adalah hal biasa dalam keseharian Anom. Karena perilakunya ini, Anom kecil cenderung dianggap sebagai sumber kenakalan. Walau demikian, Anom selalu dapat naik kelas seperti teman – temannya yang lain, dan mampu menyelesaikan pendidikan dasarnya sehingga kemudian dapat melanjutkan sekolah di SMPN 1 Seririt.
Pada saat hari kelulusan tiba, Anom dinyatakan lulus SMP dan dapat melanjutkan studinya di SMA yang berjarak 3 kilometer dari rumahnya.
Tiba – tiba sang ayah memanggil Anom, dan mengatakan bahwa Anom harus berhenti karena orangtua tidak mampu.
Di bebani dengan syarat itu, seketika hati Anom terluka, masa depannya seolah terberangus, Ia marah merasa sebagai anak terakhir yang diperlakukan berbeda dari semua saudaranya hingga tega untuk memutuskan kesempatannya bersekolah di SMA.
Rasa kecewa menghantamnya, akhirnya Anom pergi dari rumah naik truk menuju Denpasar. Setiba di Denpasar, truk berhenti di sekitar terminal Ubung dan Anom juga turun disana. Ia melanjutkan perjalanan mengikuti langkah kakinya. Berkilo – kilo berjalan di belantara kota menelusuri jalan yang baru pertama kali dipijaknya tidak membuat gentar hati Anom untuk terus melangkah mengawali petualangan nasib tanpa sanak keluarga.
Dalam perjalanan itu rasa haus cukup tuntas dengan hanya minum air sungai yang mengalir di antara pematang sawah yang terlalui. Perut lapar tak dihiraukannya, Anom terus berjalan dan berjalan semakin jauh hinnga sampai kakinya merasa teramat letih dan berhenti tepat di depan gardu Pos Satpam Hotel Rani di Sanur. Anom beristirahat sebentar sambil mulai berpikir langkah selanjutnya.
Beberapa saat istirahat akhirnya Anom memutuskan untuk menetap dan menumpang sementara di Pos Satpam itu, matanya mencari – cari apa yang bisa dilakukannya untuk menarik perhatian karyawan, petugas atau siapa saja di Hotel Rani hingga Ia dapat memperoleh makanan untuk mengganjal perutnya yang kosong. Dan karena alasan inilah, Anom bangkit dari duduknya dan segera dengan tekun memungguti sampah dan membersihkan halaman taman di sekitar gardu pos. Tidak banyak yang diharapkan dari Anom, Ia hanya ingin menunjukkan tekad untuk bekerja dan berusaha menujukkan keberadaannya disana bermanfaat dan berguna, hingga bisa saja nantinya akan muncul kesempatan terbuka untuknya.
Keberuntungan menyertai Anom saat itu, aksi bersih – bersihhya dilihat langsung oleh pemilik Hotel Rani yang kemudian langsung menghampirinya. Kesempatan ini dimanfaatkan Anom untuk meminta izin agar diperbolehkan menumpang di Pos Satpam sambil sebelumnya menceritakan ikhwal kisah perantauannya dari Buleleng hingga tiba di Sanur.
Dengan janji ikut menjaga keamanan dan kebersihan di sekitar Pos Satpam, Anom pun diizinkan menetap di sana. Keesokan paginya, tanpa diperintah dengan sigap Anom telah mencuci bersih mobil pemilik Hotel Rani, lalu diteruskannya pada mobil – mobil para tamu yang ada. Dan khusus untuk mobil para tamu hotel itu, anom meminta imbalan jasa cuci kepada pemilik mobil sebelum mereka berangkat berwisata dengan armada yang bersih. Dari kerja mencuci tersebut Anom mulai dapat mengumpulkan uang yang lumayan, paling sedikit Rp.2.500,00 ada dikantongnya. Jumlah yang tergolong besar kala itu mengingat sebungkus nasi dan kopi saja tidak lebih seharga Rp.75,00. maka tak heran bila kemudian Anom merasa betah dan giat melakoni profesi sebagai tukang cuci mobil dari hotel ke hotel di sekitar hotel Rani di Sanur.
Hampir 2 tahun sudah kiprah mencuci kendaraan ini dijalani Anom, sampai kemudian Ia harus rela untuk berhenti dari pekerjaan menguntungkan itu hanya karena fisiknya tak mampu lagi bertahan dari serangan rheumatic akut akibat terlalu lama bergumul dengan air. Sakit dan menganggur, kemudian Anom memutuskan untuk tinggal menumpang di rumah pamannya seorang pengusaha konfeksi kecil – kecilan yang sempat beberapa kali Ia singgahi beberapa waktu sebelumnya semasa Anom masih tinggal di Pos Satpam Hotel Rani. Mondar mandirnya Anom ke konfeksi pamannya kala itu disebabkan karena rupanya disana bekerja seorang gadis asal Buleleng teman satu SMP Anom dahulu yang membuat Ia jatuh cinta, bernama Ketut Mastrining.
Selama tinggal bersama pamannya, Anom turut membantu segala pekerjaan konfeksi dengan ikhlas meski tanpa upah. Dapat tinggal dan makan serta berdekatan dengan Ketut Mastrining, seorang tukang jahit di konfeksi itu sudah membuat Anom bahagia. Namun walau begitu besar cinta Anom kepada Mastrining, gadis ini selalu menolaknya. Ia kenal betul siapa Anom, anak yang nakal dan keras kepala sewaktu SMP, suka membredeli buku teman – temannya dan menjadi langganan mendapat hukuman di sekolah, Mastrining tidak yakin bahwa Anom dapat berubah, apalagi terdengar kabar bahwa Anom adalah pemuda lontang – lantung tanpa masa depan.
Geram direndahkan begitu, Anom kembali bertekad menunjukkan bukti pada Mastrining bahwa Ia telah berubah dan mampu menjadi sesuatu hingga pantas mendapat cintanya. Dengan semangat itu, Anom memberanikan diri datang menemui Pak Sidharta pemilik Konfeksi Sidharta yang kerap memberi pekerjaan jahitan di konfeksi pamannya. Melihat kesungguhan pemuda yang ingin sekali bekerja, Pak Sidharta memberi kesempatan kepada Anom menjadi pegawainya dengan tugas pertama sebagai karyawan lapangan mengambil dan mengantar keperluan jahitan. Selama mengabdi di konfeksi Sidharta, Anom diberlakukan sangat baik, sehingga Ia berusaha keras menunjukkan kerja sebaik – baiknya dan belajar banyak hal dari pak Sidharta yang selalu memberikan petuah – petuah untuk memotivasinya. Berkat itulah wawasan Anom perlahan terbuka hingga jauh melampaui kedewasaan pemuda seusianya.
Berbekal kepribadian yang matang itu, Anom mengutarakan cintanya pada Ketut Mastrining, Ia meyakinkan bahwa cintanya kelak akan terbuka sebuah masa depan yang pasti.
Dan akhirnya Anom pun mengakhiri masa lajangnya dan menikahi Mastrining, lalu memboyongnya di sebuah rumah kontrakan di Jalan Tukad Irawadi sambil memulai usaha konfeksi Sidharta. Lambat laun usaha konfeksinya berkembang dan mulai menerima order dari pabrik garment, kantor serta hotel – hotel, dimana peningkatan ini mendorongnya pindah ke tempat yang lebih besar di Jalan Pakis Haji, Tanjung Bungkak Denpasar kisaran awal tahun 90-an. Memasuki tahun 1992 dengan tekad untuk melebarkan pangsa pasar dan mendekati pasar umum untuk membangun kesinambungan operasional usaha konfeksinya, maka Anom didukung istrinya memberanikan diri membuka toko baju kaos di Jalan Nusa Indah Denpasar dan memberikan trade mark usaha konfeksinya dengan nama Cok Konfeksi yang berlokasi tak jauh dari areal Gedung Art Centre sebagai pusat kegiatan pesta seni dan budaya Bali. Dengan hak penuh kepemilikan ini, Cok Konfeksi semakin tajam membangun jaringan kerja dan menggali order ke berbagai lini pangsa pasar, hingga dalam kurun waktu yang tak terhitung lama, nama Cok Konfeksi telah mampu diperhitungkan sebagai salah satu industri besar di Bali yang menjadi pembuka gerbang kesuksesan pemuda asal Buleleng ini yang kemudian akrab dipanggil dengan sebutan Pak Cok persis seperti nama usaha konfeksi miliknya. Mengawali keberhasilan hidupnya itu, Anom meluruskan hati dengan mawas pada dirinya untuk menunjukkan bakti kepada orang tuanya di desa. Ia telah menyadari bahwa sesungguhnya dahulu ayahnya bermaksud baik kepadanya dan justru karena itulah apa yang dulu Ia anggap sebagai amarah kini telah berbalik menjadi segunung berkah.
Sementara dalam bidang usaha, rupanya industri konfeksinya semakin maju pesat dari tahun ke tahun. Saat itulah berkat hasil terkumpul dari kerja keras, ketekunan, kesabaran, kejelian membaca peluang dan didukung sikap dasar kreativitas dan inovasinya, Anom menggagas sebuah ekspansi usaha yang lahir dari ide cerdas untuk memanfaatkan arus wisatawan yang berkunjung ke Bali. Dalam benak Anom tergambar niatan membuat sebuah sentral oleh – oleh khas Bali yang menyediakan semua pernak- pernik khas Bali. Seperti: aneka camilan, kaos anak-anak dan dewasa, batik, tas kreasi, alat musik tradisional, aksesoris pria dan wanita, bedcover, lukisan, kain pantai, laying – laying, kerajinan kayu, alas kaki hingga frame foto, termasuk beragam kaos made in Cok Konfeksi.
Ide itupun kemudian berhasil terealisai dengan dibukanya sebuah pusat oleh – oleh Bali yang bernama Krisna. Oleh – Oleh Khas Bali pada tanggal 16 Mei 2007 di Jalan Nusa Indah No. 77 Denpasar – Bali. Dari sanalah lalu terpikir oleh Anom untuk mulai merintis produksi baju kaos sendiri sebagai cenderamata khas Bali bergambar karikatur didesain unik secara khusus melibatkan para designer terkemuka. Dan benar saja, persis seperti prediksinya, segmen oleh-oleh khususnya berupa baju kaos khas Bali yang dibuat konfeksinya meledak diminati pasar. Melihat banyaknya antusiasme wisatawan yang datang berkunjung dan membeli baju khas karikatur Bali ini membuat Krisna Oleh – Oleh Khas Bali sukses besar dengan penjualan melampaui target yang ditentukan. Disamping itu beragam oleh – oleh khas Bali lainnya yang tersedia lengkap juga tidak kalah menyedot minat para pengunjung. Karena besarnya minat dan animo masyarakat, Anom bertekad mengembangkan jelajah dagangannya menjadi lebih besar mengikuti perkembangan pasar.
Untuk itulah ia lalu menggandeng rekanan pemilik property di kawasan Jalan Nusa Kambanagan Denpasar untuk bekerjasama mendirikan Krisna Oleh – Oleh Khas Bali yang ke dua yang dirancang matang dengan areal parkir yang luas, sarana belanja yang lapang serta berbagai fasilitas kenyamanan berbelanja berikut sebuah rumah makan dikonsep tertata.
Menyadari cukup banyaknya minat konsumen dengan produk yang dimiliki Krisna Oleh – Oleh Khas Bali satu di Jalan Nusa Indah dan potensi pasar yang besar, maka kemudian terealisasilah Krisna Oleh – Oleh Khas Bali di Jalan Nusa Kambangan 160 A Denpasar pada tanggal 16 Mei 2008 yang mengawali gaung kesuksesan besar Anom.
Dalam waktu yang relatif singkat, nama Krisna Oleh – Oleh Khas Bali cepat populer, jaringan kerjasama yang dibangun Anom dengan praktisi pariwisata dan komponen pendukungnya seperti biro perjalanan, Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) dan juga para pengemudi jasa angkutan wisata, taxi dan sebagainya dirasa sebagai terobosan jitu semakin mentenarkan nama Krisna Oleh – Oleh Khas Bali sebagai pusat belanja oleh – oleh khas Bali dengan harga murah bermutu yang tidak pernah sepi dari serbuan pengunjung.
Belum berakhir disini, keberhasilan Krisna Oleh – Oleh Khas Bali Nusa Kambangan kembali memacu gairah wirausaha Anom untuk mempersembahkan sebuah mega areal pusat belanja oleh – oleh terbesar di Bali.
Benar saja, bermula dari keagresifan dan semangat pantang menyerah akhirnya pada tanggal 16 Mei 2009 diresmikan sebuah imperium dagang mega outlet pusat perbelanjaan Krisna Oleh-Oleh Khas Bali di kawasan Sunset Road Kuta, yang sengaja dibangun untuk memudahkan dan memanjakan para wisatawan untuk berbelanja memperoleh cenderamata khas Bali dengan nyaman, hemat di tempat yang respresentatif dengan keindahan sunsetnya. Belum juga berakhir sampai disitu, dengan segala ketulusan hati ingin menampung tenaga kerja dan menyalurkan hasil karya pengrajin lebih banyak lagi, Anom memperluas lagi areal Krisna Oleh-Oleh Khas Bali Sunset Road tersebut menjadi dua kali lipat ( seluas 1000 m2 ) sehingga semakin menguatkan gaung Krisna Oleh – Oleh Khas Bali sebagai pusat oleh – oleh terbesar di Pulau Dewata.
Terinspirasi dari denyut kehidupan dikawasan Kuta yang tak pernah padam, muncul dibenam Anom untuk mengikuti irama kehidupan. Tahun 2010 didirikanlah Krisna Oleh – Oleh Khas Bali yang ke empat dengan nama Rama Krisna Oleh – Oleh Khas Bali dengan konsep buka 24 jam non stop.
Ini menandakan kehidupan pariwisata Bali yang tidak akan pernah berhenti.
Kini di tengah kebesaran industri dagang yang berkibar itu, Anom tidak kehilangan kearifannya, Ia semakin banyak melibatkan diri pada kegiatan sosial dan berada di balik banyak bantuan bagi mereka yang kurang mampu, panti asuhan dan berbagai kegiatan kemasyarakatan. Ia ingin membagi berkah yang telah dititipkan Tuhan kepadanya, menebarkan keseimbangan hidup dengan kebaikan yang tulus sebagai wujud syukur kepada Sang Pencipta yang telah menggariskan perjalanan hidupnya dengan mengubah amarah menjadi limpahan berkah.
Sumber : http://krisnabali.co.id/profil-krisna-bali/biografi/
pembahasan yang menarik
BalasHapus